Pemerintahan & Politik

Bupati Ikfina Sosialisasikan Program Gagah Bencana di dua Kecamatan

Mojokerto, nets9.com – Sebagai upaya untuk membentuk individu, keluarga, dan masyarakat yang tanggap dan tangguh terhadap berbagai bentuk bencana, Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati menyosialisasikan program Gerakan Keluarga Sehat Tanggap dan Tangguh Bencana (Gagah Bencana), di Kantor Kecamatan Puri serta Kantor Kecamatan Bangsal, pada Senin (1/7) pagi.

Gagah Bencana yang merupakan gerakan PKK dari tingkat pusat hingga desa dan kelurahan tersebut, juga diharapkan setiap keluarga memiliki kewaspadaan terhadap risiko bencana dan tanggap serta tangguh dalam menghadapi bencana.

Dalam arahannya, Bupati Ikfina menjelaskan bahwa Gagah Bencana merupakan salah satu program unggulan yang dihasilkan dari rakernas TP PKK pusat untuk Pokja 4.

Selain itu, Pokja 4 yang memiliki program unggulan yang meliputi kesehatan, perencanaan sehat, dan kelestarian lingkungan hidup tersebut, sangat selaras dengan program Gagah Bencana yang memiliki 9 Pilot proyek. mulai dari peduli stunting, menuju perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), hingga mewujudkan keluarga sehat.

“Kita bahas adalah program unggulan di pokja 4 yang meliputi kesehatan, perencanaan sehat, dan kelestarian lingkungan hidup. Ini kemudian melahirkan program Gagah Bencana. Pilot project untuk program unggulan ini ada 9 yaitu peduli stunting, menuju PHBS, peduli KIA, siaga kebakaran lingkungan, tanggap dan tangguh bencana alam, peduli lingkungan, menuju keluarga sehat berkualitas, menuju keuangan sehat, dan mewujudkan keluarga sehat,” jelasnya.

Orang nomor satu dilingkup Pemkab Mojokerto juga mengatakan, ada beberapa langkah yang harus disiapkan untuk membentuk keluarga tangguh bencana. Yakni pendidikan keluarga, membuat rencana kontijensi bencana, melakukan pelatihan di tingkat keluarga serta mengetahui bencana apa saja yang terjadi. Salah satu penekanan yang ditajamkan bupati dari 9 pilot project tersebut adalah peduli stunting.

“Per 30 Juni 2024 kemarin seluruh balita di Kabupaten Mojokerto sudah termonitor 100% (terukur tinggi badan, panjang badan, lingkar kepala), sehingga teridentifikasi mana stunting, gizi kurang, mana gizi buruk. Kita di posisi ke-3 Jawa Timur. Kota Surabaya bisa dapat penghargaan karena mampu menurunkan stunting dari 28% menjadi 1,6%. Kenapa bisa begitu? Karena mereka cerdas mengolah data. Jadi baduta dan balita yang down syndrome, cerebral palsy, atau kelainan genetik, mereka keluarkan dari daftar stunting. Karena semua itu bukan penyakit yang disebabkan infeksi. Padahal kriteria stunting itu yang sakit berulang akibat infeksi,” jelasnya. (N9)